WELCOME IN THE VICKYES

Senin, 02 November 2009

kangen band history


Dec 13, '07 5:51 AM
for everyone

Category: Music
Genre: Pop
Artist: Kangen Band
Kangen Band dan Media

[Ini adalah sebuah tulisan subjektif dari saya yang mencoba melihat suatu fenomena dari titik berdiri yang berbeda (aiiih bahasanya xp).]

Kemunculan Radja memang sangat fenomenal sekaligus mengundang kontroversi dari sejumlah pihak. Kehadiran band ini mematahkan pakem musik Indonesia yang sebelumnya berkarakter melayu dengan tampang segar seperti Ungu dan Peterpan. Namun kefenomelannya tersebut rupanya meng-influence band-band beraliran sejenis untuk mencoba meraih kesuksesan seperti yang telah dicapai sang pioneer.

Ya, munculah Kangen Band, group yang dianggap sangat vulgar mengeksploitasi pasar musik Indonesia. Berdiri medio tahun 2005, hasil dari tongkrongan di depan gang daerah Ratulangi, Bandar Lampung, kehadiran band ini menuai banyak kontroversi. Mulai dari kritik ringan yang sebatas omongan kecil beberapa orang, sampai pemberitaan di media massa yang cukup pedas terhadap band ini. Dan yang paling kontroversial adalah kemunculan lagu “kangen bitch” yang mengandung unsur kebencian yang sangat terhadap band ini.

Adalah Muhammad Iqbal, rapper asal Jogjakarta yang melantunkan lagu kontroversial tersebut. Berdasarkan pengakuannya (Trax Magazine November 2007:26), ia membuat lagu itu karena ketidaksukaannya terhadap Kangen Band dan berdasarkan emosi sesaat yang di dapatnya ketika itu. Namun sayang, ekspresi kebenciannya itu kini malah membuat dirinya di blacklist dari komunitasnya sendiri (komunitas hiphop). Pasalnya setelah lagu itu diangkat oleh media massa esensinya berubah menjadi “ancaman pembunuhan” terhadap Kangen Band, yang kemudian membuat nama hip hop Indonesia menjadi negatif.

Ada apa sebenarnya dengan Kangen Band hingga bisa menimbulkan kontroversi yang seperti itu? Salahkah kangen band yang mencoba meraih sukses di dunia musik? Atau salahkah Iqbal yang mengekspresikan perasannya?

Jawabannya adalah tidak (menurut saya). Semuanya ini adalah salah media, ya media yang mengangkat isu-isu tersebut menjadi semakin kontroversial. Dan kita sebagai masyarakat yang kurang kritis terhasut oleh pemberitaan tersebut. Janganlah menyalahkan Kangen Band atas kualitas musik mereka yang memang kurang berbobot itu (sekali lagi ini adalah tulisan yang subjektif). Janganlah menganggap Kangen Band sebagai perusak selera musik masyarakat Indonesia.
Saya bukanlah penggemar kangen band, dan saya juga tidak menyukai mereka, tapi saya juga tidak membencinya, saya hanya tidak suka pada musik mereka, that’s it!
Bukanlah Kangen Band yang merusak “kuping Indonesia”. Jika memang ada sejumlah orang yang menyukai musik mereka, lalu kenapa? Mungkin memang kuping orang-orang yang menyukai musik Kangen Band tersebut sepaham dengan kuping para personil band yang beranggotakan 6 orang itu. Dan jika ada yang tidak menyukainya, lalu kenapa juga? Segala sesuatu itu pasti ada pro dan kontra nya. Seperti pada konsep yin dan yang dalam kebudayaan China, ada yang baik, ada pula yang buruk. Jika ada yang menganggap Kangen Band itu buruk, pasti ada juga yang menganggapnya baik. Dan mengapa tidak membiarkan semuanya itu berjalan seiringan tanpa dilebih-lebihkan menjadi suatu kontroversi yang selalu diperbincangkan?!

Ok, mungkin ada yang mengatakan, Kangen Band telah merusak citra musik Indonesia. Hey! yang merusak citra musik Indonesia adalah para pemilik modal yang berada dibalik industri rekaman dan media massa sebagai perpanjangan tangan mereka. Mengapa? Karena industri rekaman telah membuat musik kangen band ini diproduksi secara massal dan disebarkan (distribusi) secara besar-besaran (dalam hal ini adalah Warner Music yang menaungi Kangen Band). Dan media sebagai kaki tangan mereka (kaum kapital) telah memainkan peran penting dalam hal ini. Media massa yang bisa menjangkau khalayak secara besar (jumlah dan wilayah) membentuk apa yang dinamakan selera publik. Selera publik inilah yang akhirnya membuat nama Kangen Band besar hingga angka penjualan albumnya mencapai 300.000 keping lebih.

Media massa mempunyai kekuatan yang bisa mengendalikan kesadaran dan selera kita. Sebagai contoh, saat kita mendengarkan satu lagu baru (entah siapa penyanyinya), untuk pertama kalinya kita pasti tidak akan terlalu ngeh (sadar), tapi ketika lagu itu terus menerus berkumandang di radio kesayangan yang kita dengarkan tiap hari, atau kemudian kita sering melihat video klipnya di televisi, lama kelamaan kita jadi sadar akan lagu itu, dan tidak menutup kemungkinan kita akan menyukai lagu tersebut (kalo gak percaya silahkan dicoba). Itulah yang dinamakan terpaan media massa. Dengan menerpa secara terus menerus kita dibuat untuk mengikuti dan sependapat terhadap keinginan media. Itulah yang membuat kuping banyak orang di Indonesia ini setuju terhadap musik kangen band.

Tapi kan tidak semua seperti itu? Ada juga yang tidak suka mendengarkan Kangen Band sejak awal, sehingga ketika media (radio atau televisi) memutar lagu mereka, masyarakat langsung mengganti salurannya. Ya, memang ada yang seperti itu, tapi itu kan tidak semua (lihatlah kondisi sosial masyarakat Indonesia) dan biasanya itu dilakukan oleh orang yang bisa berpikir kritis terhadap media, sedangkan pencinta Kangen Band kebanyakan adalah masyarakat menengah kebawah, yang mana tingkat pendidikannya masih rendah sehingga belum mampu berpikir kritis terhadap terpaan media (makanya bikin media literacy donk, hehe).

Kalau kemudian ada yang beranggapan bahwa Kangen Band telah meracuni anak-anak muda untuk tidak perlu berkreatifitas tinggi dalam bermusik, kenapa tidak menanyakan “mengapa anak-anak muda tersebut bisa teracuni?”. Bagaimana caranya Kangen Band yang hanya masyarakat biasa menebarkan racun pada anak-anak muda Indonesia? Kalau dilihat dari sejarahnya, musik kangen band ini bisa meluas hingga ke seluruh Indonesia karena adanya ulah para pembajak yang kemudian tersebar di radio-radio. Dan kemudian radio-radio tersebut memutarkannya berulang-ulang, menerpa anak muda terus-menerus, namun mereka tidak sadar akan terpaan itu, sehingga apa yang terbentuk di pikiran mereka adalah “Kangen Band keren”. Jadi siapa sebenarnya yang telah meracuni??

Kemudian Iqbal yang membuat lagu “kangen bitch” dengan ketidaksukaannya terhadap Kangen Band itu mengatakan, “kenapa latar belakang musisi yang kurang beruntung justru diumbar untuk mencari celah simpati agar menuai berkah?” Siapakah yang mengumbar latar belakang tersebut? Tau darimanakah kita tentang latar belakang kehidupan para personil Kangen Band? Jawabanya lagi-lagi adalah media! Media yang menyebarluaskan kehidupan sosial para personil Kangen Band. Medialah yang mengumbarnya, dengan segala pemberitaan yang dilebih-lebihkan (dramatisir) sehingga membuat orang yang menonton atau membaca atau mendengarnya jadi bersimpati. Bukanlah salah Kangen Band jika kemudian banyak orang yang bersimpati terhadap mereka. Malahan, menurut saya, kita perlu melihat perjuangan mereka, mengumpulkan uang dan patungan demi membuat sebuah demo album.

Saya juga tidak menyalahkan Iqbal yang menuangkan ekspresinya lewat sebuah lagu. Menurut saya itu adalah hal yang bagus karena itu merupakan suatu hasil karya, yang menjadi salah adalah ketika media mem-blow up permasalahan dalam lagu tersebut sehingga esensinya kemudian berubah menjadi sebuah ancaman pembunuhan. Jika saja media tidak membesar-besarkan masalah ini, mungkin Muhammad Iqbal tidak akan dikucilkan dari komunitasnya. Mungkin memang apa yang dikatakan Iqbal lewat lagunya itu terlalu kasar (kata-katanya), tapi apabila itu hanya diketahi oleh teman-teman selingkungannya (untuk konsumsi pribadi), tanpa ada campur tangan media, saya rasa itu masih bisa dimaklumi (namanya juga ekspresi perasaan orang, setiaporang itu kan berbeda-beda).

Disini saya bukannya membela Iqbal ataupun berpihak pada Kangen Band (sekali lagi, saya bukan penggemar Kangen Band!), saya berada di pihak yang netral diantara keduanya (dasar abu-abu!), tapi terhadap media saya berada di pihak yang hitam. Yang ingin saya tekankan disini adalah mungkin memang kualitas musik Kangen Band tidak bagus sama sekali, saya pun tidak menyukainya, tapi mengapa kita terlalu membesar-besarkan masalah itu hingga kita sangat membenci (atau bahkan mungkin mengutuk) Kangen Band. Kenapa kita tidak mencoba melihat dari sudut yang lain, kenapa kita tidak mencoba untuk berdiri di titik yang lain yang akan mengubah sudut pandang kita? Karena sebenarnya dari kemunculan Kangen Band ini ada satu hal positif yang bisa dipetik, bagaimana perjuangan yang mereka lakukan untuk memperbaiki kehidupan mereka. Janganlah selalu setuju terhadap pemberitaan media, karena media belum tentu benar (ada ideologi-ideologi tertentu dalam sebuah media). Jadi marilah kita membuka mata, hati, dan pikiran kita (hohoo..).

0 komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com